Dualisme adalah sebuah paham yang
mempercayai bahwa dalam kehidupan manusia ada dua prinsip yang saling
bertentangan. Salah satu pemahaman dualisme adalah adanya kawasan hidup yang
sakral dan sekular. Wilayah hidup sakral berbicara tentang kawasan hidup yang
bersifat spiritual dan rohani, sehingga wilayah kehidupan sakral dipenuhi nuansa
dan hiasa-hiasan simbol – simbol keagamaan atau simbol-simbol yang bersifat
mistik. Wilayah kehidupan yang sekular berbicara tentang kawasan hidup yang
terlepas dari hal-hal spiritual dan rohani, sehingga nuansa wilayah sekular
selalu ditunjukkan dengan konteks adanya aktivitas rasional akademik dan
ilmiah. Pemahaman dualisme tersebut telah membagi dua konteks kehidupan
manusia, wilayah spiritual hanya ditempatkan pada konteks gereja dan wilayah
sekular terjadi di luar konteks gereja yaitu pendidikan, politik, ekonomi,
hukum dan sebagainya.
Pemahaman dualisme memberikan dampak
bagi sikap hidup manusia baik kepada Tuhan dan sesama manusia. Manusia menjadi
manusia yang terlihat rohani saat berada pada lingkungan gereja yang dipercaya
memiliki nilai sakral dan manusia menunjukkan sikap hormat kepada Tuhan saat
berada di gereja. Selanjutnya manusia merasa terlepas dari Tuhan dan merasakan
ketiadaan Tuhan ketika tidak berada pada lingkungan gereja, sehingga manusia
berani menunjukkan sikap hidup yang melawan Tuhan, hidup yang berdosa, menipu
dan hidup tidak bermoral, karena merasa tempat yang umum adalah tempat yang
diijinkan untuk melakukan sikap hidup yang berdosa. Bahkan dualisme ini tidak
hanya terjadi hanya pada tempat berada, tetapi juga mempengaruhi kehidupan
manusia di dalam memahami waktu. Hal tersebut dapat terlihat dari sikap manusia
pada hari minggu manusia beristirahat dan merasa bahwa hari ini adalah hari
untuk Tuhan dengan pergi ke gereja, jika tidak pergi ke gereja maka terasa ada
yang tidak nyaman di dalam hati. Kemudian pada hari-hari raya keagamaan Kristen
pada bulan Desember saat hari Natal dan tahun baru menjadi nuansa sakral bagi
manusia. Namun pada waktu-waktu yang lain manusia merasakan hari-hari biasa
saja tanpa Tuhan.
Ada
sebuah Kisah yang dikenal dengan istilah Christmas Truce (gencatan senajata
saat natal), yaitu hari Natal 1914 saat Perang Dunia I (The First of World War),
terjadi gencatan senjata tidak resmi antara pasukan Jerman dan Inggris. Dikatan
tidak resmi karena secara politik pemimpin negara tetap menginginkan terjadinya
perang, namun para pasukan yang ada di medan perang membuat inisiatif untuk
gencatan senjata merayakan natal. Sebelumnya, pada 7 Desember 1914 Paus
Benediktus XV sempat menyarankan berhentinya baku tembak sementara untuk
merayakan Natal. Kisah sejarah tersebut menunjukkan pengaruh dualisme tentang
suatu hari dalam kehidupan manusia. Selanjutnya apakah ada yang merasakan
suasana berbeda saat hari ulang tahun? Atau hari ulang tahun sama saja dengan
hari-hari lainnya. Apakah dualisme salah? Ya! Alkitab menunjukkan fakta-fakta
adanya realitas dualitas yaitu antara kehidupan yang gelap dan terang,
kehidupan rohani dan daging, namun Alkitab tidak menyetujui adanya dualisme
yaitu adanya kejahatan dan kebaikkan dari mulanya, adanya gelap dan terang dari
mulanya. Karena Allah menjadikan segala sesuatu sungguh amat baik (Kej. 1: 31),
meskipun setelah manusia jatuh ke dalam dosa terjadi realita kehidupan di dalam
terang dan gelap (lih. Gal. 5: 19-23), namun pada akhirnya kebaikan dan
kekudusan yang sempuran pada masa konsumasi (lih. Why. 21: 11-27).
Ketika kita berpikir bahwa gereja adalah
tempat yang sakral dan di luar gereja sekular, maka kita perlu melihat bahwa
kejahatan dan dosa bisa terjadi di dalam gereja?. Pada tahun 2019 muncul
pernyataan dari Paus Fransiskus tentang terjadinya pelanggaran moral di dalam
gereja, korupsi terjadi di salah satu gereja di Singapura. Hal ini menunjukkan
bahwa tempat yang dinilai sakral bisa jadi tidak rohani dan tempat yang
dianggap sekular justru masih menjaga integritas, contoh universitas Harvard
mengedepankan integritas akademik tidak boleh melakukan pelagiat dalam menulis
karya ilmiah, bahkan ketertiban dan ketaatan banyak kita lihat dilembaga yang
diangap sekular. Dengan demikian ada yang perlu dibenahi dalam pola pikir
generasi Kristen masa kini.
Tema malam ini tentang ”Memuliakan Allah
Dalam Segala Bidang”. Apa itu memuliakan Allah?. Memulikan Allah adalah segala pikiran,
perasaan dan tindakan serta sikap yang memuji dan memfokuskan Tuhan serta
melakukan prinsip-prinsip kebenaran Tuhan. Dengan demikian memuliakan Allah
tidak hanya terlihat dalam hal-hal formalitas rohani yang ada di dalam gereja,
tetapi di dalam segala tempat, segala waktu dan segala bidang serta kepada
siapa saja orang Kristen di dalam pikiran, perasaan dan tindakan selalu memuji,
fokus serta melakukan prinsip-prinsip kebenaran. Filipi 4: 8 menyatakan ”jadi
akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil,
semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedang didengar”. Roma 11: 36 menyatakan:
”sebab segala sesuatu adalah dari Dia, oleh Dia, kepada Dia, kemuliaan bagi
Allah selama-lamanya”. Apa itu kemuliaan Allah?.
Pertama,
segala
sesuatu adalah dari Allah. Konteks ayat tersebut membicarakan tentang
keselamatan yang dari Allah, pemilihan Allah kepada manusia untuk diselamatkan
adalah hanya dari anugerah Allah. Perbuatan baik umat Israel, status lahiriah
sebagai keturunan Abraham dan sebagai bangsa yang memiliki hukum Taurat tidak
dapat menjadi dasar bagi pemilihan Allah ke dalam keselamatan, semua itu hanya
anugerah Allah. Dengan demikian kemuliaan Allah nyata dalam anugerah Allah,
tidak ada satu pun yang dimiliki oleh manusia tidak dari Allah. Bahkan segala
yang ada dalam dunia ciptaan dan hasil pengembangan dunia ciptaan adalah dari
Allah, karena permulaan hikmat adalah takut akan Tuhan (Ams. 1: 7). Dunia saat
ini menjadi maju, ekonomi maju, teknologi maju, sistem komunikasi maju, politik
mengalami kemajuan, pendidikan mengalami kemajuan dan pola hidup manusia
semakin maju dengan beragam fasilitas modern, itu semua hanya dari Allah. Tuhan
membukakan hikmat kepada manusia untuk menusia mengelola alam semesta dan
isinya, namun yang menjadi celaka adalah ketika manusia telah memajukan
kehidupan manusia melupakan Tuhan yang telah memberikan hikmat dan kebijaksanaan.
Kedua,
segala
sesuatu oleh Allah. Istilah ”oleh Allah” memiliki arti ”melalui Allah”. Jika melihat
konteks maka pemilihan manusia ke dalam keselamatan hanya melalui Allah, tidak
ada oknum lain yang melakukan penyelamatan hanya Allah yang bekerja dalam
pemilihan. Kemuliaan Allah terlihat ketika manusia mengetahui pemilik otoritas
/ kekuasaan untuk menyelamatkan hanya karena Allah saja. Seorang raja menjadi
mulia ketika otoritas dari raja tersebut diakui dan dilakukan. Namun seorang
raja menjadi kehilangan kemuliaannya ketika otoritasnya tidak diakui. Allah
menyatakan kemuliaan-Nya karena hanya melalui otoritas-Nya manusia
diselamatkan. Teologi Reform adalah Teologi yang mengakui kedaulatan Allah yang
menetapkan segala sesuatu, pengakuan terhadap kedaulatan Allah adalah kunci
manusia menundukkan diri ketika belajar, kuliah, ujian dan bekerja bahkan hanya
karena otoritas Tuhan bisa eksis di dunia. Tetapi zaman ini menjadi celaka jika
manusia eksis di dunia namun meremehkan kemahakuasaan Tuhan.
Ketiga,
segala
sesuatu hanya bagi Allah. Karya pemilihan manusia yag diselamatkan hanya
bersumber dari rancangan Allah, hanya melalui Allah dan hanya untuk kemuliaan
Allah. Sebuah karya menjadi mulia jika seseorang merancang karya, mengerjakan
karyanya dan menyelesaikan karyanya. Namun jika sebuah karya telah dicampuri
oleh konseptor lain maka pujian atas hasil karya tertuju kepada beberapa
konseptor, sehingga tidak ada kemuliaan yang lebih bagi konseptor pertama.
Karena keselamatan dari Allah dan melalui Allah maka segala penghormatan dan
kemuliaan sepenuhnya hanya diberikan kepada Allah. Maka doktrin yang
mengajarkan bahwa keselamatan bisa didapatkan dengan kerjasama manusia kepada
Tuhan, keselamatan dengan perbuatan baik, keselamatan bisa didapatkan dengan
banyak sumbang uang ke gereja dan berbagai alasan lainnya, maka kemuliaan tidak
layak diberikan kepada Allah karena manusia turut campur tangan dalam
keselamatan. Karena itu karya keselamatan mempermuliakan Allah karena
keselamatan adalah anugerah Allah tanpa campur tangan manusia, karena ketika
manusia masih berdosa Allah telah merancangkan karya keselamatan (Lih. Roma 5:
8; Ef. 2: 8-9).
Dengan demikian setelah memahami bahwa
memuliakan Allah karena kita adalah mansuia yang telah diselamatkan. Maka
sejatinya kehidupan kita sebagai anak muda yang telah diselamatkan adalah
kehidupan yang mempermuliakan Allah. Filipi 1: 21-22 menyatakan bahwa bagi
rasul Paulus hidupnya adalah untuk Kristus dan kalau mati itu sebuah
keuntungan, kalimat ini adalah kalimat yang diucapkan rasul Paulus saat ada di
Penjara karena pemberitaan Injil. Jadi sangat heran jika ada oarang Kristen
yang menyatakan hidup adalah Kristus dan mati ada keuntungan tetapi hidupnya tidak
menginjil dan menjadi saksi. Rasul Paulus juga menyatakan bahwa jika harus
hidup di dunia, itu artinya hidup memberi buah. Istilah buah dapat menunjuk
kepada jiwa-jiwa yang dimenangkan kepada Yesus Kristus dan secara pribadi hidup
menunjukkan perbuatan yang sesuai dengan Buah Roh (lih. Gal. 5: 22-23). Hidup
yang memberi buah adalah hidup yang mempermuliakan Allah. Abraham Kuyper seorang Teolog yang pernah menjadi Perdana Menteri Belanda (1901 - 1904) menyatakan bahwa "tidak ada satu incipun di dalam dunia ini yang tidak dimiliki oleh Kristus". Pernyataan tersebut merupakan wawasan dunia Kristen yang penting, yaitu bagiamana Kristus dinyatakan pada setiap bidang kehidupan.
Penutup
Hidup orang Kristen adalah hidup yang mempermuliakan Tuhan. Menunjukkan kehidupan yang berbuah secara rohani tidak hanya di gereja, tetapi juga disegala bidang, baik itu bidang pendidikan dan beragam pekerjaan. Kehidupan secara rohani juga dinyatakan kepada siapa saja kita bertemu, sehingga kehidupan orang percaya adalah hidup yang bersaksi. Selanjutnya kehidupan orang percaya juga setiap waktu menjaga diri tetap hidup benar, tidak berbohong dan kudus. Dengan demikian apa pun keadaan kita, dimana pun berada, kapan pun dan kepada siapa pun tidak ada celah untuk dosa menguasai. Jadilah pemuda yang memenangkan zaman dengan menunjukkan kehidupan yang mempermuliakan Tuhan. Jadilah Pemuda yang memenangkan zaman dengan pikiran, hati dan kemauan yang fokus kepada Tuhan. Soli Deo Gloria.
Made Nopen Supriadi, M.Th., Pelayanan Persekutuan Muda – Mudi (PPMM) GEKISIA Kota Bengkulu, 13 Agustus 2022